Archive for the ‘Cerita’ Category

Diriku dan Dirinya

Posted: Oktober 10, 2010 in Cerita

Kalimat sukses yang tertera di layar hapeku aku biarkan saja. Itu merupakan pertanda yang sangat berharga, dan sangat aku harapkan semoga hal tersebut memang benar-benar terjadi. Dan memiliki banyak arti. Walaupun kata sukses hanyalah hal kecil dan sepele. Namun tidak bagiku. Kata sukses itu merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Karena kata sukses itu sangatlah berarti bagiku.

Sesekali aku melihat hapeku. Dan kubiarkan tulisan sukses itu bertahan di hapeku. “lap. Pengirim : Fino, sukses.”. kata sukses itu, membuat hatiku agak lega. Namun itu baru agak, dan belum sepenuhnya lega. Hingga si penerima membalas pesan yang telah aku kirim.

Setelah sekian lama aku menunggu balasan dari penerima pesanku, semangatku mulai berkurang. Namun aku tak pernah membiarkan semangatku pudar begitu saja. Pesan yang telah aku kirimkan kepada cowok yang sangat spesial bagiku. Aku sangat berharap dia akan membalas pesanku.

Jika aku mengingat-ingat kembali, mengapa aku bisa tertarik kepada dia?  Teman-temanku mengatakan bahwa tidak ada yang istimewa dari Fino. Namun aku sangat menolak argumen dari teman-temanku itu. Mereka tidak bisa memaksakan kehendakku. Apapun yang sedang aku rasakan, tak seorangpun dapat menghalanginya. Begitu pula dengan perasaanku terhadap Fino, tak ada seorangpun yang dapat mengubahnya kecuali Fino sendiri, fakta, ataupun seiring dengan berjalannya waktu.

Ketika aku mengikuti audisi pentas seni di sekolahku, hampir seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam kelompok mereka sendiri-sendiri. Begitu juga aku, tergabung dalam kelompok drama yang dibentuk oleh aku dan teman-teman satu kelasku. Dan aku tidak berperan sebagai siapa-siapa. Aku hanya bermodal dengan suaraku dan berani tampil, aku menjadi seorang narrator.

Sedangkan Fino adalah kakak kelasku. Pada saat itu aku belum mengenal Fino sama sekali. Dan ketika melihat ia tampil di atas penggung audisi, itu merupakan kali pertama aku melihat sosok cowok yang berbeda yang aku temui di sekolahku, di masa SMA ini.

Ketika aku menunggu giliranku untuk tampil, lamanya waktu yang harus aku tempuh, hampir membuat rasa semangatku untuk tampil ke atas panggung audisi, pudar! Namun ketika aku menunggu, dan ketika itu juga drama yang akan di warnai oleh sosok Fino tampil, tidak tau mengapa, kesan pertamanya biasa aja ketika tokoh yang dimainkan oleh Fino belum tampil. Dan ketika ia tampil, aku melihat sesuatu yang berbeda dari dirinya. Seolah-olah dirinya memiliki ciri khas yang sangat jarang dimiliki oleh cowok-cowok pada umumnya.

Ketika Fino tampil, tak hanya tepuk tangan yang aku berikan atas apresiasinya. Namun juga senyumanku karena kekagumanku kepadanya. Dan ketika tiba waktuku untuk tampil, rasa tegangku mulai muncul. Semakin mendekati penggung audisi, rasa tegangku semakin meningkat. Ketika aku sudah berada di atas panggung, aku melihat ke seluruh penonton, dan…, woho, aku melihat Fino duduk di bangku penonton paling depan. Setelah aku mengetahui hal tersebut, rasa tegangku semakin memuncak. Ketika aku memulai penampilanku, Fino tersenyum kepadaku. Dan hal itu yang membuat hatiku seolah-olah telah di sentuh oleh dia. Hatiku mulai terbuka, dan seolah-olahaku telah jatuh kedalam kekaguman yang dalam. Hingga penampilan yang aku suguhkan berakhir, seolah-olah aku tidak dapat mengalihkan perhatianku darinya.

Keesokan harinya, mulai hari normal bersekolah. Aku bertemu dengan dia namun dia tidak memperhatikan aku. Dan aku menyadari, itu merupakan hal yang biasa. Karena dia tidak mengetahui bahwa aku mengaguminya.

Suatu ketika, libur panjangpun diambang kebahagiaanku. Libur tiba, hidupku bahagia. Rasanya diriku telah terbebas dari semua beban-beban yang berhubungan dengan sekolah. Dan ketika libur beberapa hari aku lalui, aku mencoba untuk mulai melupakan Fino. Karena aku berharap, agar masuk sekolah telah tiba, bayang-bayang Fino tidak mengganggu pembelajaranku.

Namun usaha itu sia-sia. Ketika aku mengikuti sebuah diklat keagamaan, dan hanya beberapa anak tertentu yang diberi tugas untuk bergabung kedalam even tersebut, aku bertemu Fino yang juga mengikuti diklat tersebut. Untuk yang pertama kalinya aku mencoba untuk melupakan Fino, gagal.

Yang kedua, libur panjang pun tiba. Dan aku memutuskan untuk pergi keluar kota dan belajar sebuah mata pelajaran. Di sana aku bertemu dengan teman-teman baru. Dan ada salah seorang temanku yang tanpa kusadari, lama-kelamaan menarik perhatianku. Ini merupakan hal yang bagus bagiku. Dengan aku menerima teman baruku itu untuk menggantikan posisi Fino di hatiku, gagal juga.

Libur berakhir, dan waktunya untuk kembali ke sekolah, dan berusaha untuk merubah diriku untuk menjadi lebih baik dan berbeda. Aku bertemu Fino dan dia berjalan tepat di sampingku ketika dia akan memparkir sepedanya di area parkir sekolah. Dan dia memparkirkan sepedanya tepat di samping sepeda motorku. Sungguh-sungguh gagal semua rencanaku untuk melupakan dirinya.

Sekarang aku mencoba untuk mengirim dia pesan lewat hape, untuk kali pertama dan kedua, dia membalas pesanku. Namun untuk kali ketiga ini, sungguh mulai pudar semangatku untuk menunggu balasan dari dia. Ternyata dia tidak membalas pesan yang telah aku kirimkan kepadanya. Akankah kekagumanku aku akhiri sampai disini? 35% kemungkinan jawabannya tidak. Mengingat setiap usaha yang telah aku lakukan sia-sia.

Namun, rasanya percuma juga mengharapkan kasih sayang dari dia. Karena sifatnya yang sangat cuek terhadap cewek. Namun, mengapa dia terkadang memperhatikan aku ketika dia mengetahui akan kehadiranku? Kemungkinan jawabannya, dia hanya ingin menilai sifatku, atau dia hanya ingin melihat aku tanpa penilaian, atau dia memperhatikan aku dengan penilaian, dan dia akan berkata dalam hati “inikah cewek yang kagum terhadapku selama ini?”.

 

true story of love